Postingan

RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND

Gambar
RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH  ALBERT  HARDELAND (Oleh:  Dr. A.H. Klokke) August Friederich  Albert  Hardeland (30 September 1814-27 Juni 1891) atau Hardeland adalah seorang Pekabar Injil (Missionaris) yang diutus oleh Rheinische Missionsgesellschaft  [Lembaga Pekabaran Injil di Jerman] untuk bekerja di Kalimantan sejak tahun 1841 hingga 1856.  Hardeland [bukan Kaderland] sama sekali bukan seorang Antropolog apalagi Sosiolog, serta  ia orang Jerman bukan orang Belanda seperti yang dituding beberapa penulis Indonesia (lihat Yekti Maunati, 2004: 60).  Lahir pada tanggal 30 September 1814 di Hannover-Jerman.  Pada umur 18 tahun masuk ke Sekolah Tehnik.  Karena gelisah secara spritual, sebelum tamat ia keluar sekolah dan belajar filsafat secara otodidak. sendiri dengan membaca buku-buku filsafat.  Ketika masih bekerja sebagai  guru-bantu, ia mengalami pertobatan dan pada tahun 1837 masuk Sekolah Missionaris.   Sebagaimana tradisi seminari pada waktu itu, Aug

TEISME KEPARAT

Gambar
TEISME  KEPARAT (Oleh : Marko Mahin ) Ada sesuatu yang sangat keji dalam otak ki ta .  Kita senang melihat orang lain tidak sama dengan kita.  Kita gembira dan merasa diri sangat istimewa ketika orang lain   tidak memiliki sesuatu yang kita miliki.  Kita bahagia dan bangga dengan kepemilikan sekaligus keberbedaan itu. Jahatnya, k ita menghendaki orang lain itu sengsara dan tidak bahagia karena berbeda dari kita dan tidak memiliki apa yang kita miliki. Kita ingin mendominasi sesuatu yang khusus, istimewa dan spesial. Kita merasa diri tidak lagi khusus atau spesial kalau sama dengan orang lain.  Karena itu yang dikejar adalah kekhususan atau keistimewaan, sehingga berbeda sama sekali bahkan bertentangan dengan yang tidak khusus dan tidak istimewa. Dengan demikian,  kita merasa diri lebih, sementara yang lain kurang. Cara berpikir demikian menggiring seseorang untuk melokalisir diri untuk terpisah dan berbeda dari yang lain. Batas dan jarak  pun dibangun, perbedaan at

IDENTITAS SOSIAL DAYAK KALIMANTAN TENGAH

Gambar
Identitas Sosial Dayak Kalimantan Tengah Oleh:    M arko Mahin Pada masa kini,  Dayak adalah nama generik penduduk pribumi Kalimantan.  Dayak merupakan identitas dan entitas sosial yang berbeda dari Melayu, Jawa, Banjar, Manado atau Batak. Pada masa lalu, Dayak artinya sama  dengan  orang  buas, liar, primitif, pemenggal kepala, kanibal,  kafir atau  tidak beragama, bodoh, dan berekor seperti monyet. Pada masa lalu, Dayak adalah hinaan dan ejekan. Namun bagaimanakah istilah ini muncul?  Siapa yang memunculkannya? Bagaimana nama ini bisa menjadi identitas suku pribumi Kalimantan?  Sebagai penanda sosial, identitas ini tidaklah jatuh dari langit atau ada begitu saja dengan sendirinya.  Studi ilmiah yang cermat memperlihatkan bahwa identitas Dayak adalah hasil dari proses sosial-budaya dalam rentang sejarah yang panjang.   Proses Penamaan Dalam  literatur  yang  terakses,  k ata ”Dayak ”  pertama kali muncul pada tahun 1757 dalam tulisan  J. A. van Hohendorff   y

BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 5)

Gambar
BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 5) Hardeland (1858: 87) juga mencatat ada jenis tanaman padi yang bernama parei Dayak (padi Dayak) yaitu padi yang batangnya pendek namun berdiameter besar/gemuk. Dalam pengamatan saya, kenapa padi ini disebut padi Dayak, tidak hanya batang padinya yang pendek dan gemuk, tetapi juga bentuk bulir padinya  berbentuk pendek dan gemuk. Pada pertengahan abad ke-18 (sekitar 1761-1794) dalam surat-menyurat para pedagang Belanda di Banjarmasin disebutkan tentang komoditas rotan yang berasal dari wilayah orang Dayak yang disebut dengan nama rotan Dayak, rotan Biadjoe , dan rotan Dusun (Knappen, 2001: 355).   Pada masa kini, terutama di pedesaan, masih ditemukan pemakaian kata dadayak. Ternyata, kata ini tidak hanya ditujukan untuk manusia tetapi juga untuk seekor ayam. Seorang petani Dayak Ngaju yang memelihara banyak ayam kampung, suatu ketika menunjukkan kepada saya ayam peliharaannya dan  berkata “Lihat ayam itu kalau berjalan d

BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 4)

Gambar
BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 4) Di kalangan masyarakat Dayak Ngaju sendiri, pada mulanya kata “Dayak” sama sekali bukanlah nama etnis. Hardeland dalam kamus Dayak Ngaju-Jerman (1858) sama sekali tidak ada menyebutkan bahwa kata “Dayak” berarti “Suku bangsa di Kalimantan” seperti yang tercantum dalam kamus Dayak Ngaju-  Indonesia pada masa kini (Bingan-Ibrahim, 1996: 56). Ia hanya memakai kata Dayak atau Dajacksch dalam artian nama etnis pada bagian judul saja. Judul kamusnya yang tersohor itu: Dajacksch-Deutsches Wรถrterbuch , dikritik oleh Schรคrer ([1946] 1963:1-2) sebagai tidak tepat dan menyesatkan, karena kamus  itu hanya memuat perbendaharaan kata-kata dari satu kelompok Dayak tertentu saja, yakni Dayak Ngaju. Karena bagi Schรคrer, kata “Dayak” adalah istilah umum atau nama generik untuk menyebut semua penduduk asli pulau Kalimantan yang beragama Kristen dan Pagan (Kaharingan) tanpa melihat perbedaan adat-istiadat  dan bahasa. Walaupun demikian, menurut Ukur

BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 3)

Gambar
BIAJU, NGAJU & OLOH NGAJU (Bagian 3) Para missionaris Jerman yang bertahun-tahun tinggal dan hidup di tengah-tengah  orang Ngaju, juga tidak memakai istilah Biaju tetapi oloh Ngaju. Mereka lah yang kemudian mengintrodusir sebutan Ngaju atau oloh Ngaju. Hal itu  dilakukan berdasarkan temuan mereka bahwa: pertama kata Biaju atau Bijaju  bukanlah berasal dari orang Ngaju sendiri, tetapi dari orang luar, kedua orang  Ngaju tidak menyebut dirinya Biaju tetapi mereka menyebut dirinya oloh Ngaju  (Becker, 1849: 28). Kata “Ngaju” (ditulis dengan n kapital) dipakai sebagai kata  benda bukan sebagai kata keterangan tempat atau kata sifat (yang ditulis tidak  dengan n kapital). Schwanner (1853) memakai kata “orang Ngaju” untuk  menyebut orang Dayak Ngaju. Kata ”Dayak”, yang dikemudian hari menjadi prefiks kata “Ngaju” sehingga menjadi “Dayak Ngaju”, pertama kali muncul pada tahun 1757 dalam tulisan J. D. van Hohendorff yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing

BIAJU, NGAJU DAN DAYAK NGAJU (Bagian 2)

Gambar
BIAJU, NGAJU DAN DAYAK NGAJU (Bagian 2) Catatan di atas geladak kapal dan bersumber dari mulut penutur asing itu  tentulah bias dan sangatlah berbeda dari catatan seseorang yang bertemu langsung  dengan orang Dayak Ngaju. Antonio Ventimiglia , seorang pastor kebangsaan  Portugis, yang diam, tinggal dan hidup bertahun-tahun di tengah orang Dayak  Ngaju, memakai kata Ngaju dan tidak Biaju. Ketika berkirim surat ia melaporkan  bahwa ia tinggal di satu wilayah yang bernama Rio Ngaju atau Sungai Ngaju   (Ferro [1690]1705 via Baier 2002, Demarteau 2006: 4). Pada masa awal, pemerintah kolonial Belanda di Banjarmasin juga memungut istilah Biaju begitu saja dan memakainya sebagai istilah teknis dalam tata administrasi kependudukan dan laporan-laporan. Karena itu dalam literaturliteratur dan arsip-arsip Belanda sebelum abad 19, istilah Biaju dipakai sebagai istilah generik atau kolektif. Biaju dipakai dalam pengertian Dayak secara umum, yang dipukul rata sebagai Ngaju, karen

BIAJU, NGAJU & DAYAK NGAJU (Bagian 1)

Gambar
BIAJU, NGAJU & DAYAK NGAJU (Bagian 1) Orang Dayak Ngaju yang kita kenal sekarang, dalam literatur-literatur pada masa-masa awal disebut dengan Biaju. Dalam literatur Melayu yaitu Hikajat Banjar , yang ditulis pada masa-masa awal kesultanan Islam Banjarmasin yaitu sekitar pertengahan abad 16 (Ras 1968: 196, Hall 1995: 489) terminologi Biaju dipakai untuk menyebut nama sekelompok masyarakat, sungai, wilayah dan pola hidup (Ras 1968: 336). Sungai Kahayan dan Kapuas sekarang ini disebut dengan nama sungai Biaju yaitu Batang Biaju Basar , dan Batang Biaju Kecil. Orang yang mendiaminya disebut Orang Biaju Basar dan Orang Biaju Kacil .  Sedangkan sungai Murong (Kapuas-Murong) sekarang ini disebut dengan nama Batang Petak (lihat Ras 1968: 314). Pulau Petak yang merupakan tempat tinggal orang Ngaju disebut Biaju (Ras 1968: 408, 449). Terminologi Biaju tidaklah berasal dari orang Dayak Ngaju tetapi berasal dari bahasa orang Bakumpai yang secara ontologis merupakan bent