Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN, NYANYIAN PARODI

Gambar
PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN NYANYIAN PARODI “Itah belum hong kalunen kilau huang jangkut wei Nupin itah kanih kate, puna rami sanang wei Oloh Barat panjang bitie, hai penang buntis aie Amun bue hong kamburi,  ela mikeh tejep wei” Lagu Parodi pasti akan bikin sakit hati. Karena hanya nada lagu yang dipakai tetapi kata-katanya adalah “plesetan” atau “plintiran” bahkan “ejekan” atau “cemohan”. Waktu kecil saya pernah ikut-ikutan  memplesetkan Nyanyin Ungkup atau Nyanyian Jemaat yang biasa dinyanyikan di gereja. Hal itu tentu saja membuat marah orangtua, paman-bibi, kakek-nenek kami yang adalah para Penatua dan Diakon. Lagu itu diambil dari Nyanyin Ungkup (Nyanyian Jemaat – Bahasa Dayak Ngaju) No. 288  Yang kemudian diplesetkan sesuka hati dengan makna yang jauh berbeda. Dulu saya pernah mengenal beberapa mahasiswa usil  yang melakukan kreativitas nakal dengan Kidung Jemaat No. 424, yaitu menghilangkan huruf “r” pada kata “bersinar”. Hasilnya adalah efek jenaka yaitu