Perjumpaan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dengan konsepsi nasionalisme salah satunya melalui keberangkatan para anak muda untuk bersekolah di luar pulau Kalimantan; Makassar, Surabaya, Batavia dan Bandung.

Adalah Mahir Mahar, anak Dayak kelahiran Kampung Pangkoh Kahayan Muara, setelah menamatkan Meer Uit gebreid Lager Onderwijs (MULO) di Banjarmasin, pada tahun 1930-an pergi ke Makassar untuk sekolah di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) atau Sekolah Pendidikan Pribumi untuk Pegawai Negeri Sipil.
Ketika di Makassar, Mahir Mahar muda giat menjadi aktivist INDONESIA MOEDA yaitu organisasi pemuda yang diresmikan tanggal 31 Desember 1930, merupakan penggabungan antara organisasi Jong Java, Pemuda Indonesia dan Jong Sumatera. Sebagai organisasi dengan haluan nasionalistik ini, Indonesia Moeda secara tegas mengakui Sumpah Pemuda, dan menjunjung bahasa Indonesia dan lagu Indonesia Raya, dan bendera Merah Putih sebagai identitas organisasi ini. Walaupun organisasi ini secara resmi tidak berkiprah dalam politik, organisasi ini adalah salah satu gerakan yang mempelopori lahirnya Indonesia Merdeka.
Selama di Makassar dan aktif sebagai anggota Indonesia Muda, Mahir Mahar muda berteman dengan Manai Sophian dan A. M. Sangadji, yang kemudian menjadi tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan A. M. Sangadji, pada 9 Oktober 1945 Mahir Mahar melakukan Pengibaran Bendera Merah Putih di Puruk Cahu sebagai tanda Kemerdekaan Indonesia.
Saat aktif di Indonesia Moeda Makasar (ca.1931 s/d 1933, Mahir Mahar pernah ditahan oleh pihak Politieke Inlichtingen Dienst (PID), polisi rahasia yang tugasnya memata-matai kaum pergerakan nasional pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Penahanannya hanya sementara dan dia dibebaskan kembali.
***
Karena sesuatu dan lain hal, OSVIA Makassar dibubarkan, karena itu Mahir Mahar harus pindah ke OSVIA Bandung-Jawa Barat.
Selama di Jawa Barat ( ca. 1933 s/d 1936), Mahir Mahar menjadi anggota Indonesia Moeda Jawa Barat di kota Bandung, bersama dengan Ruslan Abdoel Gani, Lukman Hakim, Sukarni, Djama Ali, dan Pandu Kartawiguna. Seperti di Makassar, di Bandung pun Mahir Mahar pernah ditahan oleh PID Belanda dan ditahan oleh Komisaris Polisi Lebruin di kota Bogor.
***
Pada tahun 1937, Mahir Mahar kembali ke Banjarmasin, Kalimantan. Banyak ide, konsep dan pemikiran yang dibawanya serta, salah satu adalah NASIONALISME. Tentu saja situasi di Kalimantan sangat berbeda dari Makassar dan Jawa. Mahir Mahar mesti berdialektika dengan situasi konkrit masyarakat Dayak, nuansa politik Kalimantan Selatan yang sangat religius, serta semangat nasionalisme itu sendiri.
Puncak perjuangan Mahir Mahar adalah politik partisi pemisahan Kalimantan Tengah dari Kalimantan Selatan. Dengan jenial Mahir Mahar mengorkestrasi berbagai kelompok elemen masyarakat yang memang menginginkan provinsi sendiri, pada sisi lain ia memanfaatkan suasana kacau dan kekecemasan pemerintah Jakarta karena pemberontakan Ibnu Hajar (KRjT). Dengan cerdik ia memperlihatkan "difference" perjuangan Masyarakat Dayak dari Ibnu Hajar. Bahwa masyarakat Dayak tidak menuntut pemisahan negara atau hendak memberontak mendirikan negara sendiri, mereka hanya ingin menuntut daerah otonomi tersendiri yang terpisah dari Provinsi Kalimantan Selatan namun masih dalam dekapan Republik Indonesia.
***
Tentu saja, nasionalisme khas Dayak itu membuat senang para petinggi militer di Jakarta yang cukup pusing menghadapi distabilitas di beberapa daerah dan secara khusus membuat gembira Presiden Soekarno yang memang gandrung dengan ide persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada tanggal 23 Mei 1957, dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 10 tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah. Dengan demikian resmilah terbentuk Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Daerah Otonom, yang kemudian hari tanggal 23 Mei 1957 tersebut dinyatakan sebagai hari jadi Provinsi Kalimantan Tengah. [*MM*]


KETERANGAN FOTO:
Foto Kegiatan INDONESIA MOEDA di Bandung. Mahir Mahar dengan tanda silang (X). Terimakasih kepada Keluarga Besar Mahir Mahar secara khusus Ibu Septhea Hilda Adjie-Mahar yang telah memberi izin untuk mengakses album foto keluarga. cc. Icha Ajie, Eldoniel Mahar, Ebeb🙏🙏🙏

CATATAN: SAYA TIDAK MENGIZIN SIAPAPUN UNTUK MENERBITKAN TULISAN SAYA INI DI MEDIA MANAPUN, ATAU MENGALIHKANNYA KE BERBAGAI MEDIA LAIN MISALNYA YOU TUBE, TIK-TOK, INSTAGRAM DLL.. SILAKAN SHARE ATAU BERBAGI DENGAN MENEKAN TOMBOL SHARE.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN, NYANYIAN PARODI

RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND

MENGENANG BETHABARA