RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND
RIWAYAT
HIDUP DAN KARYA
AUGUST
FRIEDERICH ALBERT HARDELAND
(Oleh: Dr. A.H. Klokke)
August Friederich
Albert Hardeland (30 September 1814-27
Juni 1891) atau Hardeland adalah seorang Pekabar Injil (Missionaris) yang
diutus oleh Rheinische
Missionsgesellschaft [Lembaga
Pekabaran Injil di Jerman] untuk bekerja di Kalimantan
sejak tahun 1841 hingga 1856. Hardeland
[bukan Kaderland] sama sekali bukan seorang Antropolog apalagi Sosiolog,
serta ia orang Jerman bukan orang
Belanda seperti yang dituding beberapa penulis Indonesia (lihat Yekti Maunati,
2004: 60). Lahir pada tanggal 30
September 1814 di Hannover-Jerman. Pada
umur 18 tahun masuk ke Sekolah Tehnik.
Karena gelisah secara spritual, sebelum tamat ia keluar sekolah dan
belajar filsafat secara otodidak. sendiri dengan membaca buku-buku
filsafat. Ketika masih bekerja
sebagai guru-bantu, ia mengalami
pertobatan dan pada tahun 1837 masuk Sekolah Missionaris.
Sebagaimana tradisi seminari pada
waktu itu, August Hardeland dan juga murid-murid lainnya, diharuskan menulis
karangan tentang pertobatan
rohaninya. Sampai sekarang, karangan itu
masih tersimpan dalam Arsip United Evangelical Mission di Wuppertal-Jerman yang bunyi sebagai berikut:
“Saya dilahirkan pada tahun 1814, di satu negara yang untuk sekian waktu penduduknya hidup tanpa pengenalan akan Kristus yang adalah satu-satunya Juruslamat Yang Hidup. Karena itu, sampai berumur 21 tahun, saya juga hidup tanpa Tuhan dan melakukan bermacam-macam dosa.
Namun
Tuhan Yang Maha Pengasih dalam rahmat-Nya telah mengatur segalanya, sehingga
saya boleh mengenal Dia serta menyadari keadaan saya yang sangat berdosa dan kesadaran itu memuramkan hati saya. Melalui perantaraan seorang petobat baru dan juga Firman Tuhan serta Roh
Kudus, kemudian Tuhan menyatakan kepada
saya bahwa Kristus adalah Juruslamat saya, yang datang untuk mengarahkan saya
kepada kearifan, keadilan, kesembuhan dan pembebasan dari dosa.
Tak lama setelah bertobat, saya mulai membaca ceritera-ceritera tentang Pekabaran Injil di negara-negara Timur. Ceritera-ceritera itu membuat saya merasa terpanggil untuk menyebarkan agama Kristen di negara-negara Timur. Setengah tahun setelah panggilan itu, saya memberitahukannya kepada Perhimpunan Missi di Hannover dan satu tahun setelah panggilan itu saya juga memberitahukannya kepada Perhimpunan Missi di Barmen.
Pada waktu Paska 1837, saya datang ke Barmen. Setelah sementara waktu bekerja sebagai guru-bantu, pada tanggal 7 Oktober 1837 saya diterima di asrama Sekolah Missi di Barmen.”
Maka
sejak tahun 1837, Hardeland belajar di Sekolah Misi Barmen dan lulus ujian pada
tanggal 11 Juni 1839. Setelah tamat dari
Sekolah Misi Barmen, dengan penuh sukacita ia menulis:
“Sekarang aku
bertekad untuk diutus sebagai Pekabar Injil ke daerah orang yang belum
percaya. Aku sadar dan aku percaya
dengan sepenuh hati, bahwa Tuhanku akan menyertai aku dan tinggal bersamaku.”
Masih
pada tahun 1839, Hardeland berangkat ke Indonesia dengan kapal layar
melalui Afrika Selatan. Setibanya di Batavia pada bulan Januari 1840, Hardeland
harus kecewa karena tidak dapat meneruskan perjalanannya ke Kalimantan karena
pemerintah Belanda pada waktu itu tidak memberi izin untuk pergi ke Kalimantan,
yang pada waktu itu masih di luar
kekuasaan langsung Pemerintah Belanda.
Sementara
menunggu izin pergi dari Pemerintah Belanda, Hardeland belajar bahasa Melayu dengan misionaris Medhurst di Batavia dan Depok. Di Depok, yang sejak abad 18 sudah ada Jemaat Kristen, Hardeland bertemu
dengan Sarah Hulk yang kemudian menjadi istrinya.
Bersama dengan
istrinya: Sarah Hulk, pada tahun 1841 Hardeland tiba di Banjarmasin -Kalimantan Selatan. Satu tahun kemudian, mereka pergi ke daerah
pedalaman Kalimantan Tengah. Untuk
sementara waktu mereka ke desa Gohong di daerah sungai Kahayan dan kemudian ke
pusat misi di Poelopétak [Pulau Petak di daerah sungai Kapuas Murung] di mana
misionaris Becker sudah lama bekerja.
Di
Poelopétak, Becker telah mengumpulkan
kata-kata Dayak Ngaju dan menyusunnya sesuai urutan abjad. Setelah merasa sudah mampu menguasai bahasa
Dayak Ngaju, pada tahun 1844 Becker dan Hardeland serta 3 orang informan Dayak
Ngaju yaitu Akoe, Andréas dan Timothéoeus Marat, mulai menterjemahkan
Kitab Perjanjian Baru.
Dalam pekerjaan
penterjemahan itu, Becker meneruskan pekerjaannya dalam menyusun Kamus
Belanda-Dayak sedangkan Hardeland menyusun Kamus Dayak-Belanda. Kamus Dayak-Belanda yang disusun oleh
Hardeland itu sekarang tersimpan Perpustakaan Universitas Leiden-Belanda.
Kesehatan
Hardeland tidak begitu baik.
Kadang-kadang ia jatuh sakit dan untuk penyembuhan ia harus cuti sakit yang dilewatinya di Kaapstad-Afrika
Selatan. Walaupun demikian, ia tidak
pernah menghentikan pekerjaanya menterjemah Kitab Perjanjian Baru. Sebagai hasil kerja di Kaapstad, pada tahun
1846 telah dicetak Kitab Perjanjian Baru
dalam bahasa Dayak Ngaju.
Pada tahun
1850, bersama dengan istrinya, Hardeland kembali lagi ke Kalimantan
dan ia memilih Palingkau sebagai tempatnya bekerja. Dalam surat-menyurat dengan Lembaga Alkitab
di Belanda yang menjadi lembaga pengutus untuk kedatangannya untuk kali kedua
ke Kalimantan , Hardeland dengan penuh
kegembiraan melaporkan mengenai meningkatnya jumlah anak-anak sekolah dasar di
daerah pedalaman seiring dengan bertambahnya jumlah sekolah.
Pada tahun
1851, pemerintah Belanda di Batavia
meminta Hardeland untuk meneruskan pekerjaannya menyusun Kamus Bahasa Dayak
Ngaju. Lembaga Alkitab Belanda yang kini
sebagai lembaga pengutusnya yang baru, memberinya izin untuk pekerjaan yang
sebetulnya menyimpang dari tugas
utamanya yaitu menterjemahkan Injil yang mana harus menjadi tugasnya
terpentingnya.
“Kebenaran
ilahi ternyata mempengaruhi hati
Timotheus, sehingga ia dapat membedakan secara rohani sesuatu yang sifatnya
agamawi.”
Patut dicatat bahwa, Hardeland merupakan penterjemah Alkitab pertama yang memperhatikan penjiwaan dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam upacara keagamaan. Bagi Hardeland teks-teks keagamaan yang dipakai dalam upacara Tiwah itu tidak boleh diabaikan seakan-akan tidak mempunyai nilai budaya.
Masalah ketepatan bahasa juga menjadi perhatian utama Hardeland ketika akan merevisi seluruh Alkitab dalam bahasa Dayak Ngaju yang akan diterbitkan pada tahun 1858. Ia melihat bahwa kerja-sama bertahun-tahun dengan para informan Dayak Ngaju, yang telah mendapat pendidikan di sekolah missi dan bergaul rapat dengan pendeta-pendeta Barat, sangatlah tidak menguntungkan. Pengalaman mereka selama sekolah dan bergaul dengan para pendeta Barat membuat struktur bahasa Dayak Ngaju yang mereka miliki berlainan dengan struktur bahasa Dayak Ngaju yang sebenarnya. Kenyataan ini membuat Hardeland sadar dan merintis cara baru untuk menghasilkan satu terjemahan yang tepat, yaitu dengan mencari dan bekerjasama dengan orang-orang Dayak Ngaju yang belum sekolah dan masih menganut agama nenek moyang. Ia memilih 12 orang Dayak Ngaju dari daerah Poelaupetak dan sekitarnya. Kepada mereka dibaca bab demi bab , kalimat demi kalimat dari Alkitab. Berdasarkan pada reaksi yang mereka berikan - jelas tidaknya kata-kata yang dibacakan- Hardeland merevisi seluruh Alkitab (Surat Barasih). Metoda yang dirintis oleh Hardeland itu kemudian hari diikuti oleh penterjemah-penterjemah Alkitab yang lain.
Pada waktu buku
Tata Bahasa Dayak Ngaju dan Revisi Alkitab terbit, Hardeland masih berada di
Europa. Pada tahun 1859 terbit karya agung-nya: Kamus Bahasa Dayak
Ngaju-Jerman. Masih pada tahun 1859,
Hardeland dianugerahi gelar Doktor
Kehormatan (Honoris Causa) atas
jasanya menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Dayak Ngaju yang memungkinkan
Pekabaran Injil di pulau Kalimantan.
Sayang sekali, karena mendapat tempat tugas baru di Afrika Selatan, Hardeland tidak pernah lagi kembali ke Kalimantan., sehingga ia tidak dapat menyaksikan secara langsung bagaimana orang Dayak Ngaju mempergunakan Alkitab yang telah ia terjemahkan itu,
Umurnya belum mencapai 77 tahun ketika ia meninggal dunia pada tahun 1891. ***
Penutup
Dalam dunia ilmiah, secara khusus dalam
bidang Ilmu Bahasa, Kamus Dayak Ngaju-Jerman yang disusun oleh Hardeland masih
tidak ada tandingannya. Buku ini bukan sekedar kamus Dayak Ngaju tetapi juga
sekaligus merupakan ensiklopedia Dayak Ngaju karena sarat dengan informasi mengenai adat, agama
dan kebudayaan Dayak Ngaju, serta mengenai kata-kata Dayak Ngaju yang sekarang
ini telah hilang dan tidak pernah
diucapkan lagi oleh orang Dayak Ngaju sendiri.
Sayang sekali, karena mendapat tempat tugas baru di Afrika Selatan, Hardeland tidak pernah lagi kembali ke Kalimantan., sehingga ia tidak dapat menyaksikan secara langsung bagaimana orang Dayak Ngaju mempergunakan Alkitab yang telah ia terjemahkan itu,
Umurnya belum mencapai 77 tahun ketika ia meninggal dunia pada tahun 1891. ***
Ditulis oleh Prof. Dr. A.H. Klokke, mantan
dokter misionaris di Kalimantan-Tengah pada tahun 1949-1959, berdasarkan
keterangan dari United Evangelical Mission di Wuppertal dan berdasarkan naskah yang ditulis
oleh Dr. J.L. Swellengrebel pada tahun 1974.
Dalam mempersiapkan tulisan ini saya dibantu oleh koreksi-koreksi dan editorial yang dilakukan oleh Marko Mahin yang
sedang belajar di Leiden
University .
Komentar
Posting Komentar