Hausmann Baboe dalam Koran Sin Tit Po
Dalam Sin Tit Po 16/17 Desember, surat kabar yang diterbitkan pada 2 Desember 1929 oleh sejumlah warga Tionghoa-Indonesia di Surabaya, diberitakan bahwa Hausmann Baboe sebagai ketua Dajaksbond di Kuala Kapuas, Kalimantan sedang berada di Surabaya.
Dalam wawancaranya dengan wartawan surat kabar itu Hausmann Baboe menjelaskan
bahwa orang Dayak bukanlah orang liar yang belum mengenal peradaban. Menurutnya
itu adalah pandangan yang salah karena sebagian besar orang Dayak sudah beradab
dan memiliki agama, baik Kristen maupun Islam. Orang Dayak tidak
ingin terkebelakang, mereka ingin sama seperti orang-orang yang berada di pulau
Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia. Sekarang orang Dayak telah mengorganisir
satu perkumpulan yang disebut Dayaksbond,
yang kini beranggotakan ribuan orang.
Perkumpulan ini
bertujuan mempercepat kemajuan orang Dayak. Sejumlah sekolah telah didirikan
oleh Persatuan Dayak, salah satunya H.I.S.P. di Boven Dayak dan semacam sekolah
Inlandsche kelas dua di Kuala Kapoeas. Tapi sekolah-sekolah ini kekurangan
tenaga pengajar. Karena itulah harapan ia berharap bantuan dari teman-temannya
yang berada di pulau Jawa. Tenaga pengajar itu setidaknya lulusan sekolah Mulo
atau Kweek School . Sekolah-sekolah yang didirikan ini tidak disubsidi, karena
pengurus yang bertanggung jawab tidak mau menerima subsidi. Mereka lebih suka
bekerja dengan kekuatan sendiri.
Hausmann Baboe sebagai
mantan ketua Konferensi Nasional Borneo juga menyampaikan keinginannya untuk mengadakan
Kongres bersama dengan para pemimpin partai politik yang ada di Jawa.
Hausmann Baboe juga menceritakan
bahwa karena harga karet yang rendah,
masyarakat di Kalimantan beberapa kali telah mencoba untuk mendirikan asosiasi
perdagangan atau asosiasi koperasi, tetapi sejauh ini belum berhasil. Sekarang mereka berusaha mencari nafkah dengan menjual kulit ular. [*MM*].
Komentar
Posting Komentar