SEJARAH DAYAK MENURUT P. J. VETH (1)

Veth, P J. 1854.


Sumber: Veth, P J. 1854. Borneo’s Wester-Afdeeling: Geografisch, Statistich, Historisch. Zaltbommel: John Norman en Zoon.

1. Sejarah Zaman Purba Borneo Sangat Gelap

Sejarah zaman purba dari Pantai Barat Borneo sama sekali gelap. Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena ini dapat dikatakan hampir terdapat di semua negara. Tepatlah apa yang dikatakan oleh seorang ahli etnologi : “Sebenarnya tidak ada satu negarapun dari mana dapat dipastikan bahwa masyarakatnya yang dikenal sekarang atau salah satu yang sebelumnya, menjadi yang tertua. Di kebanyakan daerah ditemukan peninggalan-peninggalan atau ceritera-ceritera bersejarah dari suku-suku yang lebih dulu, yang oleh penduduk sekarang dianggap sebagai yang berbeda dari mereka sendiri. Pada semua bangsa yang tidak beradab, zaman dulu cepat menjadi gelap dan tidak jelas; satu kali sangat dibesarkan, lain kali sama sekali dilupakan. Karena itu, keinginan untuk membuktikan bahwa salah satu suku yang menduduki salah satu daerah, merupakan yang pertama, merupakan satu keinginan yang tidak dapat dipenuhi."

Diketahui bahwa banyak penulis berpendapat bahwa penduduk tertua dari Nusantara terdiri dari suku orang-orang Negro, yang disebut negrito, termasuk sampai juga orang-orang Papua, penduduk "Nieuw Guinea”. Tetapi tuan van Lijnden memastikan bahwa tidak temukan tanda-tanda dari mereka di Borneo. Dia menekankan, bahwa berita-berita tertua tentang pulau ini, yang berasal dari orang-orang Cina, tidak menyinggung ini, dan dia berpendapat bahwa tidak bisa masuk akal bahwa orang-orang Papua diusir oleh orang-orang Dayak, karena perbedaan dalam kebudayaan antara kedua bangsa ini tidak sebegitu besar, dan baik yang terakhir, maupun yang pertama tersebut, nampak lebih cocok untuk dikuasai daripada menguasai.

2. ASAL-USUL PENDUDUK ASLI

Tetapi kita tidak boleh terlalu cepat menerima kesimpulan-kesimpulan dari tuan van Lijnden. Saya pikir bahwa pendapat tentang ras Negro, kalau ini pernah hadir di Borneo, masih harus berada disitu, sebagai satu suku yang berdiri sendiri dan tidak berangsur-angsur bersatu dengan orang-orang Dayak sampai menjadi satu bangsa, berdasar atas satu dasar yang salah. Kalau kita menganggap bahwa orang-orang Negro dari Nusantara berasal dari Afrika, sesuatu yang sangat mungkin, kita akan mengenal tanda-tanda dari kehadiran orang-orang Negro, atau sekurang-kurangnya dari bangsa-bangsa yang untuk sebagian berasal dari mereka, yang dalam banyak hal mempunyai kesamaan antara adat-istiadat, pemahaman-pemahaman keagamaan, dan malahan dalam bahasa-bahasa dari bangsa-bangsa Nusantara dan yang dari Afrika, justru disitu dimana tidak ada peninggalan-peninggalan dan kekhususan-kekhususan fisis.

Kebiasaan-kebiasaan orang-orang Dayak dalam banyak hal mempunyai kesamaan yang khas dengan orang-orang dari Afrika, sehingga semacam hubungan famili antara keduanya menjadi dasar yang cukup untuk dapat diterima, dengan persyaratan bahwa hal ini tidak boleh dijadikan satu gambaran berlebihan dari itu. Bahwa semua percobaan untuk menyimpulkan salah satu suku, dari masyarakat majemuk Nusantara yang begitu kaya, berasal dari satu bangsa tertentu di daratan, akan gagal dan akan, saya berpendapat, selalu gagal, karena kita menghadapi dalam semua bangsa Nusantara, termasuk yang tertua, ras-ras yang tercampur, dari mana segala bagian yang berbeda-beda, dengan bermacam-macam cara telah berhubungan dengan yang lain.

Marilah kita sebentar mendengar tuan Logan, yang keahliannya pada bidang etnologi tak usah kalah dari orang lain. Dia katakan:

"Tidak diragukan, bahwa Nusantara memiliki satu sejarah, sama dengan bangsa lain yang beradab di sekitar lautan, dan bahwa, sampai kurun waktu terjauh sejarah bangsa-bangsa itu dapat pergi, ada suku-suku dari pendudukpenduduk pulau-pulau ini, yang memiliki hubungan-hubungan dengan yang dari daratan. Saya belum pernah menemukan salah satu suku, kepada mana dapat menentukan satu sifat asli, dan yang hanya terdapat di pulau-pulau Asia, dan saya berkeyakinan, bahwa juga tidak pernah hal semacam ini akan ditemukan. Saya belum pernah menemukan salah satu bangsa di daratan, dari mana salah satu bagian, dari penduduk-penduduk di kepulauan, langsung bisa berasal dalam garis lurus, atau darimana dapat dikatakan bahwa mereka lebih tua daripada masyarakat di kepulauan. Adalah sama sulit untuk mengatakan apakah ras-ras orang-orang pulau tidak ada, daripada mengatakan apakah mereka ada. Adakah mereka berfamili dengan orang-orang Cina dan bangsabangsa yang sebelah Barat berbatas dengannya? Terdapat tanda-tanda khas dan jelas dari bermacam-macam sifat, yang menunjukkan bahwa mengenai hubungan semacam ini tidak perlu diragukan. Adakah hubungan ini terbatas sampai pada salah satu bagian dari dunia kepulauan ini, atau sampai kepada salah satu suku tertentu dari bangsa-bangsa Hindia Belanda? Ini meluas dari Sumatra sampai pulau Paskah; ini memuat komponen-komponen Birma, Siam, Anam¹, Cina dan lainnya, juga yang disebut masuk suku-suku daratan yang lebih kurang beradab, yang harus masuk famili ini. Meluaskan hubungan ini lebih jauh di daratan daripada Hindia Belakang? Negara-negara perbatasan penuh gunung dari lembah Asam dan Himalaya didiami oleh suku-suku, dimana dalam beberapa garis-garis besar mempunyai kesamaan dengan penduduk di kepulauan. Kalau kita menaiki Himalaya dan pindah demikian kepada daratan tinggi Asia tengah (pusat), kita sekurang-kurangnya dapat mengharapkan bahwa kesamaan dengan penduduk kepulauan berhenti? Jauh dari itu. Dia mengikuti kita ke Tibet, dan pergi lebih ke Utara ke negara-negara orang-orang Turki dan Mongolia, dan dari situ ke bangsa-bangsa Siberia, dan juga masih di situ kita mengenal tanda-tanda dari penduduk di kepulauan. Marilah kita sekarang kembali ke daerah-daerah Selatan dan pergi ke ras-ras yang tua dari Hindustan, dan kita menemukan juga di sini mereka masih dalam satu jumlah lebih besar. Menyeberangi lautan Hindia kita mengenal suku-suku sepanjang pantai-pantai Barat dan kita akan dengan heran melihat bahwa, dalam banyak hal juga ada kesamaan-kesamaan dengan bangsa-bangsa Asia-Timur, mereka masih kalah dalam kepentingan terhadap yang dari bangsa-bangsa Afrika. Kita ambil jarak terjauh dari bumi yang diizinkan dihuni untuk kita, antara penduduk-penduduk pulau-pulau Nusantara dan suku-suku dengan mana kita membandingkannya, maka kita menemukan masih ada tanda-tanda kesamaan. Di Eropah kita menemukan mereka pada orang-orang Finlandia dan Lapland, pada orang-orang Hongaria, pada orang-orang Britis yang tua, orang-orang Yunani dan lain-lain bangsa. Di Amerika orang-orang Eskimo dari Utara, orang-orang Abipon dari Selatan, dan banyak ras yang lain, menunjuk air-muka dari penduduk-penduduk pulau-pulau Asia pada satu cara yang sangat menonjol. Dalam satu kata, penduduk-peduduk pulau-pulau Hindia ternyata ambil bagian dalam segala hal besar dan perkembangan rakyat antara keturunan manusia, yang dapat diselidiki; dan kalau ditanya kepada ukuran terbaik dan jelas mencerminkan pengaruh bangsa-bangsa secara timbal balik, ialah bahasa, atau dia tidak dalam hubungan-hubungan sejarah dari penduduk-penduduk pulau-pulau Asia ke segala jurusan dapat membatasi diri sampai salah satu daerah, dia menjawab, bahwa bahasa-bahasa penduduk-penduduk pulau-pulau berfamili dengan segala keluarga-keluarga bahasa terpenting. Kesamaan bukan tanpa arti atau kebetulan; dia dapat dirasa dan punya dasar dan dapat dibuktikan oleh satu jumlah besar fakta-fakta. Mengikut setiap tanda hubungan yang jelas sampai pada sumbernya, mengandung satu kesulitan besar, dan tidak mungkin dibuat sempurna dalam banyak jurusan yang sebenarnya diperlukan. Tetapi hanya sudah gambaran dari luasnya hubungan-hubungan ini begitu besar dan begitu pasti, langsung menghasilkan satu kesimpulan yang sangat penting, ialah bahwa etnologi pulau-pulau Asia harus ikut menerangkan etnologi dari setiap daerah di dunia ini, dan bahwa masyarakat-masyarakat kurang-lebih sama tua daripada suku-suku terlama dikenal dari daratan. Dan adalah sama tidak mungkin, suku-suku dari pulau-pulau secara khusus disimpulkan dari beberapa suku ini, daripada itu tidak mungkin untuk saling perbuat. Kita harus melihat keduanya sebagai garis-garis, yang sejauh itu diperpanjang ke zaman dulu, terus lebih saling mendekati, tetapi sekaligus sebagai hiperbol dan asymtot ²."(BERSAMBUNG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN, NYANYIAN PARODI

RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND

MENGENANG BETHABARA