DAYAK AGABAG (𝟏)
Dalam beberapa data tertulis dari zaman Kolonial Belanda (von Dewall 1885, Hollander 1864, Jongejans 1922) orang Agabag dikenal dengan sebutan orang 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐚𝐧 atau 𝐃𝐚𝐮𝐝. Tampaknya kata-kata itu dipungut begitu saja dari kata-kata masyarakat pesisir yaitu orang Tidung saat menjelaskan siapa orang-orang yang berada di pedalaman atau hulu-hulu sungai.
Dalam bahasa Tidung, kata “Tingalan“ berarti “ketinggalan, tidak maju“, sedangkan kata “Daud” berarti “udik” atau “hulu sungai” (Idris 2017). Berdasarkan penamaan tersebut von Dewall (1855) menjelaskan bahwa di Tanah Tidung (𝑇𝑖𝑑𝑢𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑑𝑒𝑛) terdapat beberapa kelompok masyarakat yaitu: Berusu, Tidung, Tinggalan atau Daut [sic. Daud ], Mentarang, Semataloen, Punan, Kenyah dan Baaohs [sic. Bahau).
Secara khusus mengenai orang Tinggalan atau Daud, von Dewall menjelaskan
𝐷𝑒 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛𝑠 𝑜𝑓 𝑑𝑎𝑢𝑡-𝑠. 𝐷𝑒𝑧𝑒 𝑤𝑖𝑙𝑑𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑚 ℎ𝑜𝑢𝑑𝑡 𝑧𝑖𝑐ℎ 𝑜𝑝 𝑖𝑛 𝑑𝑒 𝑏𝑜𝑣𝑒𝑛𝑙𝑎𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑣𝑎𝑛 𝑑𝑒 𝑟𝑖𝑣𝑖𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑏𝑎𝑘𝑘𝑜𝑒𝑛𝑔. 𝑍𝑖𝑗 𝑏𝑒ℎ𝑜𝑜𝑟𝑒𝑛 𝑡𝑜𝑡 𝑑𝑒 𝑧𝑜𝑜𝑔𝑒𝑛𝑎𝑎𝑚𝑑𝑒 𝑑𝑎𝑗𝑎𝑘𝑠 𝑑𝑖𝑒 𝑜𝑝 𝑘𝑜𝑝𝑝𝑒𝑛𝑠𝑛𝑒𝑙𝑙𝑒𝑛 𝑢𝑖𝑡𝑔𝑎𝑎𝑛, 𝑣𝑜𝑜𝑟𝑎𝑙 𝑛𝑎𝑎𝑟 𝑑𝑒 𝑚𝑜ℎ𝑎𝑚𝑚𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛𝑠𝑐ℎ𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑚𝑚𝑒𝑛, 𝑣𝑎𝑛 𝑤𝑒𝑙𝑘𝑒 𝑧𝑖𝑗 𝑖𝑛 𝑑𝑒 𝑣𝑖𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑟𝑒𝑛 𝑣𝑎𝑛 1845-49, 22 𝑚𝑒𝑛𝑠𝑐ℎ𝑒𝑛 𝑣𝑒𝑟𝑚𝑜𝑜𝑟𝑑𝑑𝑒𝑛. 𝑍𝑖𝑗 𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑜𝑜𝑘 𝑡𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑏𝑎𝑘𝑘𝑜𝑒𝑛𝑔 𝑒𝑛 𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑠𝑎𝑗𝑎𝑝 𝑡𝑒𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑑𝑒𝑙, 𝑒𝑛 𝑏𝑟𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛 𝑣𝑜𝑔𝑒𝑙𝑛𝑒𝑠𝑡𝑒𝑛 𝑒𝑛 𝑤𝑎𝑠.
(𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐃𝐚𝐮𝐝. 𝐒𝐮𝐤𝐮 𝐥𝐢𝐚𝐫 𝐢𝐧𝐢 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐛𝐚𝐤𝐤𝐮𝐧𝐠. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐝𝐚𝐲𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐥𝐚, 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐮-𝐬𝐮𝐤𝐮 𝐌𝐮𝐬𝐥𝐢𝐦, 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝟐𝟐 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝟏𝟖𝟒𝟓-𝟒𝟗. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐚𝐠𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐛𝐚𝐤𝐤𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐬𝐚𝐲𝐚𝐩, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐥𝐞𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐥𝐢𝐥𝐢𝐧)
Hermann von Dewall yang saat itu menjabat sebagai Asisten Residen Civiel Gezaghebber daerah Kutai en de Oostkust van Borneo, mengikuti penuturan orang-orang pesisir menggambarkan bahwa orang Agabag pada masa itu sebagai “orang liar”, “pemotong kepala”, “bermusuhan dengan suku-suku muslim” dan “penjual sarang burung walet dan lilin”.
Dari data yang disampaikan von Dewall tampak bahwa pada pertengahan abad 19 telah terjadi polarisasi antara pesisir dan pedalaman, Dayak dan non Dayak. Orang-orang di pedalaman atau hulu sungai mendapat label “ketinggalan” bila dibandingkan dengan orang-orang pesisir pantai. [*MM*]. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar