Dayak Tomun 4

Kalimantan, Borneo, Dayak



๐—ฃ๐—”๐—ฅ๐—” ๐—Ÿ๐—˜๐—Ÿ๐—จ๐—›๐—จ๐—ฅ ๐—ฌ๐—”๐—ก๐—š ๐— ๐—”๐—•๐—จ๐—ž ๐—๐—”๐— ๐—จ๐—ฅ

Orang-orang Dayak Tomun yang saya jumpai selalu mengajukan pengakuan bahwa mereka semua berasal dari satu tempat atau asal-usul yang sama yaitu Kerajaan Sarang Pruya, satu tempat yang sekarang ini berada di hulu Sungai Batang Kawa berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Berdasarkan tuturan lisan, konon Kerajaan Sarang Paruya berdiri sebelum Masehi yaitu sekitar tahun ±1522, penduduk tempatan menyebutkannya dengan istilah ๐™ฉ๐™–๐™ฃ๐™–๐™ ๐™ข๐™ช๐™ก๐™– ๐™ฉ๐™ช๐™ข๐™—๐™ช๐™ ๐™ ๐™–๐™ง๐™ค๐™จ๐™ž๐™  ๐™ข๐™ช๐™ก๐™– ๐™–๐™™๐™– (pada awal mula zaman), dipimpin seorang Raja bernama Santomang dengan permaisuri bernama Laminding.
Sebelum eksistensi di Sarang Pruya, juga diceritakan tentang sejarah asal-usul nenek moyang yang diturunkan ke bumi, namun gagal karena setiap kali diturunkan mati dilahap oleh hantu. Hingga akhirnya datang seekor anjing yang menggonggong keras sehingga hantu lari terbirit-birit dan akhirnya manusia bisa mendiami bumi.
Karena itu orang Dayak Tomun sangat menghargai anjing. Pada masa lalu anjing juga ikut serta ditiwahkan saat majikannya ditiwahkan. Tiwah adalah ritual keagamaan terakhir dalam sistem kepercayaan orang Dayak.
Kebersamaan di Sarang Pruya berakhir saat negeri itu dilanda wabah cacar. Penduduk tercerai-berai, tersebar ke berbagai tempat untuk menyelamatkan diri antara lain: Sungai Jelai, Arut, Lamandau, Kumai dan puluhan anak sungai kecil lainnya. Karena hidup terpisah maka terjadi perbedaan dialek bahasa antara mereka, kendatipun demikian masih bisa saling mengerti atau "nomun".
***
Berkaitan dengan perbedaan dialek bahasa, orang Dayak Tomun yang berdiam di Sungai Arut menuturkan "Mitos Kulat Perah". Konon katanya, pada masa lalu para leluhur memiliki satu bahasa yang sama. Pada satu ketika mereka mengadakan satu pesta besar yang dihadiri banyak orang. Dalam pesta itu dihidangkan berbagai hidangan daging yang telah dicampur jamur hutan (kulat perah).
Usai makan semua peserta pesta mabuk jamur yang menyebabkan ucapan mereka kacau-balau dan berbeda-beda. Huruf “o“ menjadi "a" atau “u“ atau sebaliknya “u“ menjadi "a" atau “o“. Akibatnya satu dengan yang lain tidak saling mengerti.
Hingga ada seseorang yang sadar akan perbedaan yang menjadi sumber kekacauan itu. Ia mengajarkan bagaimana memahami atau menterjemahkan dialek bahasa yang kedengarannya aneh dan asing bagi mereka. Dengan cara itu akhirnya mereka dapat memahami atau dapat mengerti dialek bahasa satu dengan yang lain. Dalam bahasa Dayak Tomun di Sungai Arut, kata “tomun” atau “menomunkan” berarti “menterjemahkan”. [*MM*]
๐—ฃ๐—˜๐—ฅ๐—œ๐—ก๐—š๐—”๐—ง๐—”๐—ก !
๐—ฆ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐—ง๐—œ๐——๐—”๐—ž ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ถ๐˜‡๐—ถ๐—ป๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐˜€๐—ถ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ถ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—บ๐—ฏ๐—ถ๐—น ๐˜๐˜‚๐—น๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—ฑ๐—ถ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฏ๐—ถ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ป ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฑ๐—ฒ๐—ผ, ๐˜๐—ถ๐—ธ๐˜๐—ผ๐—ธ, ๐˜†๐—ผ๐˜‚ ๐˜๐˜‚๐—ฏ๐—ฒ ๐—ฑ๐—น๐—น..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN, NYANYIAN PARODI

RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND

MENGENANG BETHABARA