DAYAK TOMUN (bagian 1)



Dayak Tomun adalah nama satu kelompok suku-bangsa Dayak yang berdiam di daerah perbatasan antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, secara spesifik di hulu sungai Lamandau, khususnya di sepanjang anak sungai Bulik, Delang, Batang Kawa dan Belantikan serta bagian sungai-sungai kecilnya.
Pada masa kolonial Belanda, kelompok Dayak Tomun disebut dengan Dayak Mama atau Dayak Mamak (Malinckordt 1924/25: 399) satu istilah yang berkonotasi negatif dan bersifat peyoratif. Pada peta tahun 1900 yang dibuat oleh Zending Basel, nama Dajak Mama disebutkan untuk menunjukkan kelompok masyarakat Dayak atau non-Melayu yang berada di wilayah Kotawaringin.
Dalam buku Tjilik Riwut (1958:184), tulisan klasik yang sering dikutip begitu saja tanpa sikap kritis seolah data yang tidak terbantahkan, suku Dayak Tomun disebutkan sebagai bagian dari suku-suku kecil Dayak Ngaju dengan nama Dayak Bulik, Batang Kawa, Belantikan dan Lamandau. Namun perlu dicermati bahwa pada bagian lain Riwut (1958: 187) juga memasukkan suku Dayak Tomun ke dalam rumpun Dayak Ketungau. Hal itu tentu saja memunculkan pertanyaan, “Apakah Dayak Tomun merupakan bagian dari Dayak Ngaju atau Dayak Ketungau?”
Kerancuan juga dapat ditemukan dalam tulisan Lontaan dan Sanusi (1976: 2-3), yang menyebutkan bahwa terdapat 10 suku asli yang mendiami wilayah Kotawaringin Barat, dan berinduk pada Suku Dayak Ngaju yaitu Suku Mendawai, Suku Ruku Mapaan, Suku Darat, Suku Lamandau, Suku Bulik, Suku Mentobi, Suku Belantikan, Suku Batang Kana/Kawak, Suku Delang Ulu dan Ilir, dan Suku Banjar.
Tentu saja orang Dayak Tomun bukanlah bagian atau anak suku dari Dayak Ngaju. Secara linguistik dan mitos asal-usul terdapat perbedaan yang sangat tajam. Juga bukan bagian dari Dayak Ketungau yaitu subsuku Dayak dalam rumpun suku Dayak Ibanik, yang persebarannya terkonsentrasi di Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, dan sebagian kecil bermukim di wilayah Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau, serta di Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (Sareb Putra dkk., 2021:3).
Secara antropologis orang Dayak Tomun berkerabat erat dengan Dayak Jalai di Kalimantan Barat yang berdiam di Sungai Jalai Kiri (Alloy, dkk. 2008: 223). Saat melakukan ritual kematian, mereka memiliki tujuan akhir yang sama yaitu Bukit Sebayan Bertingkat Tujuh yang dipercayai sebagai negeri para arwah (Baier 1999, bdk. Bamba 2003).
(Bersambung......)
๐—ฃ๐—˜๐—ฅ๐—œ๐—ก๐—š๐—”๐—ง๐—”๐—ก !
๐—ฆ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐—ง๐—œ๐——๐—”๐—ž ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ถ๐˜‡๐—ถ๐—ป๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐˜€๐—ถ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ถ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—บ๐—ฏ๐—ถ๐—น ๐˜๐˜‚๐—น๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—ฑ๐—ถ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฏ๐—ถ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ป ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฑ๐—ฒ๐—ผ, ๐˜๐—ถ๐—ธ๐˜๐—ผ๐—ธ, ๐˜†๐—ผ๐˜‚ ๐˜๐˜‚๐—ฏ๐—ฒ ๐—ฑ๐—น๐—น..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGKHOTBAH DAN BUDAK-BELIAN, NYANYIAN PARODI

RIWAYAT HIDUP DAN KARYA AUGUST FRIEDERICH ALBERT HARDELAND

MENGENANG BETHABARA